Bagaimana tidak kita menyebut dunia ini lucu... Dari sebuah kotak kecil yang bernama televisi, kita bisa melihat kejadian-kejadian di beberapa bagian dunia dengan hanya memencet tombol remote control. Beginilah pertunjukkan yang ditampilkan oleh televisi kepadaku di awal hari minggu ketiga di jerman:
Ketika kunyalakan, yang terlihat adalah parade pembukaan Oktoberfest di München. Ribuan orang berkumpul di jalanan untuk melihat parade. Mereka mengenakan pakaian tradisionalnya. Puluhan iklan bir terpampang di sisi jalan. Yaahh,,, bir memang inti dari pesta ini. Pesta tahunan yang dirayakan selama 2 minggu ini sebenarnya hanyalah pesta minum bir. Semua orang minum bir dengan jumlah yang banyak. Mereka berkumpul bersama teman-teman dan tertawa sepuasnya hingga mabuk tak sadarkan diri.
Sempat juga kumelihat sebentar proses pengambilan suara Pemilu di Jerman´05. Gerhard Schröder dan istri juga sedang melaksanakan Pemilu. Tapi aku tidak peduli dengan acara itu. Aku capai melihat lagak para politikus yang katanya selalu ingin memperbaiki kondisi negara, padahal mereka hanya peduli dengan kepentingan partainya sendiri dan hanya ingin memuaskan kehausan akan kekuasaan.
Bosan melihat barisan orang berjalan itu, kuganti ke channel lain. Ada sebuah liputan menarik mengenai Pembangunan di Malaysia dan Thailand pada tahun ini.
Untuk Malaysia: kuucapkan selamat! Kalian telah sukses besar membangun negara anda. Negara anda, terutama Kuala Lumpur telah menjadi pusat kota metropolitan yang modern. Selamat karena pembangunan telah terus berjalan. Selamat, karena kesadaran kalian akan ketertiban dan hukum telah ditegakkan. Selamat karena kalian bukanlah lagi negara terbelakang. Selamat,, kalian hebat!
Untuk Thailand: kau sama saja kondisinya dengan negaraku. Walaupun telah bertahun-tahun merdeka, tetapi kondisimu tetap seperti negara yang masih dijajah. Pembangunan dan modernisasi belum tampak jelas di negaramu. Ketidaktegasan hukum dan keruwetan masih nampak jelas dimana-mana. Tingkat pendidikan masyarakatnyapun masihlah rendah. Kawan, kita kalah telak dengan teman kita, Malaysia. Tapi, jangan khawatir kawan.. Kau masih punya aku, Indonesia yang juga bernasi sama denganmu. Mari kawan,, kita bersama-sama memperbaiki kondisi kita dan mengangkat martabat kita di mata dunia luas. Jangan sampai bangsa Asia tetap kecil di mata mereka
Liputan itu hanya berlangsung selama setengah jam, dan terpaksa aku harus mencari acara baru untuk ditonton. Pilihanku terhenti pada ´Larry King Show´di CNN. Hari ini, temanya adalah Pengumpulan Dana bagi korban Hurikan Katrina di New Orleans lewat penampilan diva dan divo dunia musik Amerika. Pertama, kudibuai dengan musik jazz dari seorang penyanyi yang tak kukenal namanya. Penampilan kedua diisi oleh Celine Dion yang menyanyikan lagu The Prayer, dengan sebelumnya diisi dengan orasi singkat darinya yang menggebu-gebu hingga meneteskan banyak air mata agar para penduduk Amerika lainnya dapat cepat tanggap melihat kondisi kritis dari saudara-saudaranya di New Orleans dan mau membantu mereka agar segera keluar dari penderitaanya. Ketika akhirnya sampai pada saatnya ia menyanyi, banyak gambar-gambar yang menunjukkan penderitaan para korban bencana. Aku sedih melihat gambar-gambar itu, dan langsung saja teringat akan kejadian Tsunami tahun lalu.
Tuhan sepertinya benar-benar sedang mengingatkan kita akan keberadaanNya yang semakin hari semakin sering kita lupakan. Tuhan melihat bahwa kita terlalu sibuk dengan urusan duniawi dan lupa akanNya. Tuhan ingin kita duduk sebentar dan merefleksikan apa yang telah kita lakukan sepanjang hidup kita. Tuhan ingin agar kita berdoa kepadanya. Tuhan ingin agar kita sadar bahwa semua di bumi manusia ini adalah saudara. Kita tidak boleh egois dengan hanya bersenang-senang tanpa melihat bahwa di sekeliling kita banyak yang menderita. Ia ingin kita bersama-sama menjadikan dunia ini damai dan bahagia
Sunday, September 18, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment